Affair: Obrolan tentang Jakarta (2004), Kentut Kosmopolitan (2008), Ketika Jurnalisme Dibungkam Sastra Harus Bicara(1997), Kisah Mata(…),Layar Kata (…),Sembilan Wali dan Siti Jenar (2007), dan Surat dari Palmerah (2002). Selain itu, juga masih menulis naskah drama dan cerita bersambung.1 Seno Gumira Ajidarma, Ketika Jurnalisme Dibungkam, Sastra Harus Bicara, (Jakarta: Justru karena itulah ketika orang tuanya lebih menyukai Gatot menjadi menantu Sebuah buku menarik ditulis oleh Seno Gumiro Ajidarma, Ketika jurnalisme dibungkam, sastra harus bicara.Memberi kesan lain dari sebuah adanya multi kebenaran dan tafsir. Buku yang dua kali angkat cetak (1997, 2005) dalam dua edisi yang berbeda, seolah meninabobokan saya dari tidur panjang: pesimistis strata intelektuali
Maka, ia memilih merefleksikan peristiwa getir rakyat Timtim ke dalam karya fiksi. Terhadap hal ini Seno punya prinsip satirik bahwa ketika jurnalisme dibungkam, sastra harus bicara. Sebab, katanya, lewat sastra kita bisa mengatakan kebenaran sejati; tidak seperti kebenaran jurnalisme yang setiap saat mudah dimanipulasi.
Kini menjabat sebagai Rektor Institut Kesenian Jakarta (IKJ). Seno jadi lebih dikenal setelah menulis trilogy karyanya tentang Timor Timur, yakni Saksi Mata (kumpulan cerpen), Jazz, Parfum, dan Insiden (novel), serta Ketika Jurnalisme Dibungkam, Sastra Harus Bicara (kumpulan esai). Pada 2014, dia meluncurkan blog bernama Pana Journal. Jika kalian pernah membaca salah satu buku Seno Gumira Ajidarma yang berjudul “Ketika Jurnalisme Dibungkam: Sastra Harus Bicara” atau karya Sutardji Calzoum Bachri, “O Amuk Kapak” memilki kesamaan semangat – yakni kebebasan akan kebenaran. Semangat serupa juga ditemukan dalam buku Beli Ketika jurnalisme dibungkam. Harga Murah di Lapak ardison. Pengiriman cepat Pembayaran 100% aman. Belanja Sekarang Juga Hanya di Bukalapak. Jendela Sastra, media sastra Indonesia. inspirasi.co - Ketika jurnalistik berhadapan dengan tembok kekuasaan, sastra dapat digunakan sebagai saluran”. Begitu pesan Seno Gumira Ajidarma dalam buku antologi esainya, Ketika Jurnalisme Dibungkam, Sastra Harus Bicara (1997).