31 Jelaskan mengenai teori evolusi. Jawabannya: Teori Evolusi adalah teori yang dikemukakan oleh Charles Darwin yang mengatakan manusia (dan segala makhluk hidup lain) terbentuk melalui proses yang panjang selama jutaan tahun melalui sistem seleksi alam (survival of the fittest) yang disebut proses evolusi.
- Agama Hindu-Buddha ke Indonesia sudah berlangsung sejak berabad-abad lalu. Tetapi pengaruh kebudayaan Hindu-Buddha masih dapat dirasakan hingga sekarang ini oleh masyarakat. Ada yang masih dijalankan hingga kini. Banyak pengaruh Hindu-Buddha yang juga dipelajari oleh kebudayaan dan agama Hindu-Buddha juga menyebabkan akulturasi dengan kebudayaan lokal. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI, akulturasi adalah percampuran dua kebudayaan atau lebih yang saling bertemu dan saling mempengaruhi. Baca juga Teori Masuknya Hindu-Buddha ke NusantaraPengaruh Hindu-Buddha bagi Indonesia Berikut pengaruh Hindu-Buddha di masyarakat Indonesia Seni bangunan arsitektur Salah satu bentuk peninggalan kebudayaan Hindu-Buddha di Indonesia adalah seni bangunan. Dalam buku Kehidupan Masyarakat Pada Masa Praaksara, Masa Hindu Buddha, dan Masa Islam 2019 karya Tri Worosetyaningsih, perkembangan Hindu Buddha di Indonesia telah membawa pengaruh besar dalam berbagai karya seni dan kerajinan maupun bangunan. Salah satu hasil karya adalah candi. Bagi Hindu dan Buddha candi memiliki fungsi yang berbeda. Bagi candi bercorak Hindu berfungsi sebagai makam, sementara candi bercorak Buddha memiliki fungsi sebagai tempat pemujaan atau peribadatan.
Tokohlain berpendapat bahwa kebudayaan dan perkembangan zaman juga berpengaruh terhadap kepribadian. Sebagian besar tokoh sependapat bahwa faktor lingkungan memiliki dampak yang besar terhadap perkembangan kepribadian bahkan, tokoh hereditas pun juga mengakui hal tersebut. Pengetahuan merupakan unsur-unsur yang mengisi akal dan alam jiwa Tingginya arus globalisasi membawa pengaruh besar terhadap masyarakat Indonesia terutama di kalangan anak muda. Mulai dari gaya hidup yang berbeda hingga lunturnya rasa cinta seni dan budaya nusantara. Perlu adanya solusi untuk menjaga kelestarian seni dan budaya nusantara agar tidak musnah. Pusat Seni dan Budaya merupakan modal awal yang diterapkan sebagai solusi ditengah tingginya pengaruh globalisasi terhadap masyarakat untuk melestarikan seni dan budaya Nusantara. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis “Peranan Pusat Seni dan Budaya dari Segi Arsitektur dalam Melestarikan Seni dan Budaya di Nusantara”, berawal dari budaya lokal yang ada di setiap wilayah Indonesia. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dengan metode studi kasus. Studi kasus yang diambil meliputi 2 objek yaitu Taman Budaya Jawa Timur dan Taman Budaya Yogyakarta. Temuan penelitian ini menjelaskan bahwa Pusat seni dan budaya adalah fasilitas yang dibutuhkan di setiap wilayah Indonesia sebagai wadah seni dan budaya lokal yang terbukti memberikan pengaruh besar terhadap kalangan anak muda dan seniman untuk mencintai seni dan budaya, sebagai fasilitas edukasi dan tempat berkumpulnya para seniman untuk melestarikan seni dan budaya. Selain itu bentuk arsitektural yang diterapkan merupakan bentuk pelestarian yang besar dan memberikan pengaruh yang tinggi terhadap masyarakat dalam mengenal seni dan budaya lokal di Nusantara. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free 34 SINEKTIKA Jurnal Arsitektur, Vol. 19 No. 1, Januari 2022 PERANAN PUSAT SENI DAN BUDAYA SEBAGAI BENTUK UPAYA PELESTARIAN BUDAYA LOKAL Nur Atin Amalia UPN “Veteran” Jawa Timur nuratinamalia09 Dyan Agustin UPN “Veteran” Jawa Timur ABSTRAK Tingginya arus globalisasi membawa pengaruh besar terhadap masyarakat Indonesia terutama di kalangan anak muda. Mulai dari gaya hidup yang berbeda hingga lunturnya rasa cinta seni dan budaya nusantara. Perlu adanya solusi untuk menjaga kelestarian seni dan budaya nusantara agar tidak musnah. Pusat Seni dan Budaya merupakan modal awal yang diterapkan sebagai solusi ditengah tingginya pengaruh globalisasi terhadap masyarakat untuk melestarikan seni dan budaya Nusantara. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis “Peranan Pusat Seni dan Budaya dari Segi Arsitektur dalam Melestarikan Seni dan Budaya di Nusantara”, berawal dari budaya lokal yang ada di setiap wilayah Indonesia. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dengan metode studi kasus. Studi kasus yang diambil meliputi 2 objek yaitu Taman Budaya Jawa Timur dan Taman Budaya Yogyakarta. Temuan penelitian ini menjelaskan bahwa Pusat seni dan budaya adalah fasilitas yang dibutuhkan di setiap wilayah Indonesia sebagai wadah seni dan budaya lokal yang terbukti memberikan pengaruh besar terhadap kalangan anak muda dan seniman untuk mencintai seni dan budaya, sebagai fasilitas edukasi dan tempat berkumpulnya para seniman untuk melestarikan seni dan budaya. Selain itu bentuk arsitektural yang diterapkan merupakan bentuk pelestarian yang besar dan memberikan pengaruh yang tinggi terhadap masyarakat dalam mengenal seni dan budaya lokal di Nusantara. KATA KUNCI pelestarian, pusat seni dan budaya, seni dan budaya PENDAHULUAN Seni dan budaya adalah kekayaan dan warisan leluhur di Indonesia yang wajib dilestarikan. Seni adalah sebuah keahlian dalam membuat karya yang bermutu yang bisa menimbulkan rasa indah bagi orang yang melihat, mendengar dan merasakannya Poerwadarminta, 2003 sedangkan Kebudayaan atau Culture adalah sebuah pemikiran yang menghasilkan sebuah karya yang tidak berakar dari nurani namun melalui proses belajar yang hanya bisa dicetuskan oleh manusia Koentjaraningrat, 2015. Sehingga dapat disimpulkan seni dan budaya adalah karya yang memiliki nilai keindahan yang di cetuskan oleh manusia. Kini, tingginya arus globalisasi menggerus seni dan budaya di hati masyarakat Indonesia terutama di kalangan anak muda. Pelestarian seni dan budaya sangat diperlukan dan harus dilakukan terus menerus untuk mempertahankan nilai-nilai seni dan budaya, seni tradisional, serta menyesuaikan dalam kondisi yang semakin berkembang. Pusat Seni dan Budaya adalah solusi yang memiliki peranan penting dalam melestarikan seni dan budaya bersanding dengan tingginya arus globalisasi. Beberapa wilayah di Indonesia sudah memiliki wadah seni dan Budaya atau Pusat seni dan budaya sebagai upaya pelestarian seni dan budaya lokal di Nusantara. Dalam penelitian ini studi kasus yang diambil adalah Taman Budaya Jawa Timur dan Taman Budaya Yogyakarta yang mewakili pusat seni dan budaya di Nusantara. Perkembangan zaman dan arus globalisasi yang cepat menjadi tantangan dalam pelestarian seni dan budaya. Dampak globalisasi membawa perubahan terhadap masyarakat Indonesia terutama di kalangan anak muda. Pengaruh tersebut berupa berubahnya gaya hidup masyarakat hingga lunturnya rasa cinta seni dan budaya Nusantara. Seni dan budaya lokal di Nusantara adalah peninggalan sejarah leluhur yang wajib dijaga dan dilestarikan. Dalam UUD 1945 pasal 32 ayat 1 menjelaskan bahwa “Negara memajukan kebudayaan Nasional Indonesia ditengah peradaban dunia dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam memelihara dan mengembangkan nilai-nila budayanya”. Sehingga disimpulkan dari pernyataan di atas bahwa pelestarian seni dan budaya adalah tanggung jawab bersama. Generasi muda memiliki peran yang besar dalam hal tersebut, hal ini tertuang dalam Kongres kebudayaan 2013 bahwa Generasi muda sebagai pemangku kebudayaan di masa depan p-ISSN 1411-8912 e-ISSN 2714-6251 Nur Atin Amalia, Dyan Agustin SINEKTIKA Jurnal Arsitektur, Vol. 19 No. 1, Januari 2022 35 dituntut untuk memiliki kemampuan memanfaatkan sumber daya kebudayaan untuk pembentukan ke-Indonesiaan. Sehingga perlu adanya pelestarian Seni dan Budaya. Seni dan Budaya merupakan warisan dari nenek moyang yang wajib dilestarikan. Indonesia adalah negara yang memiliki ragam seni dan budaya yang tersebar di setiap wilayahnya. Seni dan budaya adalah sebuah sistem koheren yang digunakan untuk berkomunikasi dengan efektif melalui satu bagian seni saja yang sudah menggambarkan keseluruhan Kartodirdjo, 1993. Selain itu seni dan budaya adalah jelmaan rasa seni dalam sebuah budaya yang bisa dirasakan dan dinikmati oleh semua orang dalam perjalanan sejarah peradaban manusia Thoyibi, 2009. Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa seni dan budaya adalah jelmaan sebuah rasa yang digunakan sebagai metode komunikasi yang bisa dirasakan dan dinikmati oleh semua orang sepanjang sejarah peradaban manusia. Namun seiring perkembangan zaman yang pesat membuat seni dan budaya menjadi luntur di kalangan masyarakat, sehingga perlu adanya upaya pelestarian seni dan budaya. Menurut Kementerian dan Pariwisata dalam Triwardani dan Rochayanti, 2014, pelestarian adalah aktivitas atau kegiatan menjaga, melindungi, mengembangkan dan upaya aktif dan sadar terhadap benda-benda, aktivitas berpola serta ide-ide. Menurut Nia Kurmasih Pontoh dalam Butar, 2015 mengatakan bahwa pelestarian sama dengan konservasi yaitu upaya menjaga dan melindungi serta memanfaatkan sebagai fungsi baru tanpa menghilangkan makna kehidupan budaya 1992 36. Menurut Eko Budiharjo, preservasi memiliki arti mempertahankan peninggalan jaman dahulu dan arsitektur seperti semula 1994 22. Hakikat melestarikan bukan sekedar mengembangkan namun sebuah gerakan mengukuhkan kebudayaan, sejarah dan identitas Lewis, 1983 4 dan penumbuh rasa peduli dan rasa memiliki masa lalau sesama anggota komunitas Smith, 1996 68. Tantangan dalam hal ini sangat berat karena harus berhadapan dengan arus globalisasi yang semakin cepat yang berpengaruh terhadap seni dan budaya lokal Nusantara. Penerapan bentuk arsitektural terhadap desain juga menjadi upaya pelestarian Seni dan Budaya Nusantara. Seni dan budaya yang diterapkan dalam desain memberikan pengetahuan kepada masyarakat. Bentuk arsitektural memberikan penjelasan kepada masyarakat tentang nilai seni dan budaya yang diterapkan seperti yang dijelaskan oleh Sejarawan Sartono K di atas. Sehingga berdasarkan latar belakang di atas maka permasalahan utama dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui peranan Pusat Seni dan Budaya dari segi Arsitektur sebagai upaya pelestarian seni dan budaya lokal. Masalah yang diidentifikasi adalah jika ditinjau dari segi arsitektur, bagaimana Pusat Seni dan Budaya bisa meningkatkan minat masyarakat dalam melestarikan seni dan budaya lokal di nusantara. Adapun batasan masalah yang diangkat adalah hanya menganalisis bagaimana peranan pusat seni dan budaya dari segi arsitektur. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana peranan pusat seni dan budaya dalam upaya pelestarian seni dan budaya Nusantara. Objek penelitian yang diambil adalah Taman Budaya Jawa Timur dan Taman Budaya Jawa Barat. Pemilihan kedua objek tersebut karena membawa karakteristik bangunan yang berbeda. Pada Taman Budaya Jawa Timur dengan karakteristik rumah joglo dan pada Taman Budaya Yogyakarta dengan karakteristik bangunan kolonial, namun dengan fungsi tempat yang sama yaitu sebagai pelestarian budaya lokal. METODE Penelitian ini menggunakan pendekatan Deskriptif-kualitatif dengan metode studi kasus. Penelitian deskriptif kualitatif adalah penelitian yang menggambarkan atau menghasilkan keadaan sesuai dengan fakta dan apa adanya Nawawi dan Martini, 1996 73 dan berusaha menjelaskan keadaan sesuai saat penelitian dilaksanakan Mukhtar, 2013 28. Metode kualitatif lebih mempertimbangkan pancaindra untuk melihat kebudayaan yang ada Suwardi, 2003 16. Pemilihan pendekatan deskriptif kualitatif dengan metode studi kasus berdasarkan tujuan untuk memperoleh deskripsi secara utuh dan realistis tentang peranan Taman Budaya Jawa Timur dan Taman Budaya Sentul dari segi arsitektur. Sumber data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Lokasi penelitian adalah untuk Taman Budaya Jawa timur berada di Jl. Genteng Kali 5 Surabaya, dan Taman Budaya Yogyakarta yang berada di Jl. Sri Wedani Yogyakarta. Fokus penelitian terarah pada bagaimana pusat seni dan budaya memiliki peranan penting dalam upaya pelestarian seni dan budaya lokal. HASIL PENELITIAN 1. Taman Budaya Jawa Timur Jawa Timur memiliki banyak seni dan budaya yang khas yaitu Ludruk, Reog, Tari Remo, dan lain-lain. Hampir setiap daerah di Jawa Timur mempunyai ragam seni dan budaya yang membuat pemerintah bergerak untuk membangun Taman Budaya. Taman Budaya Jawa Timur Gambar 1 adalah wadah bagi masyarakat dalam mengembangkan dan Peranan Pusat Seni dan Budaya sebagai Bentuk Upaya Pelestarian Budaya Lokal 36 SINEKTIKA Jurnal Arsitektur, Vol. 19 No. 1, Januari 2022 mengapresiasi seni dan budaya Jawa Timur. Kegiatan yang dilakukan adalah dengan menampilkan kegiatan-kegiatan tradisional sebagai upaya melestarikan dan mengembangkan seni dan Budaya Jawa Timur sebagai identitas bangsa Indonesia Resmawati, 2014 2. Taman Budaya ini bentuk dari upaya pembinaan dan pelestarian yang di bangun pemerintah sebagai wadah pertemuan apresiasi seni di Jawa Timur yang berada di Jl. Genteng kali 85 Surabaya. 2. Taman Budaya Yogyakarta Taman Budaya Yogyakarta Gambar 2 berdiri pada tahun 1978 yang didasarkan pada surat keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Taman Budaya ini memiliki tugas sebagai wadah pengembangan kebudayaan daerah provinsi Yogyakarta. Berdasarkan Peraturan daerah tahun 2002 dan keputusan Gubernur DIY Nomor 181/Tahun 2002 tanggal 04 November 2002, Taman Budaya Yogyakarta berada di bawah naungan Dinas Kebudayaan Provinsi DIY. Taman Budaya ini berada pada lokasi yang strategis di Jl. Sriwedani, Yogyakarta, berada di kawasan Yogyakarta kilometer nol dan berbatasan dengan cagar budaya Benteng Vredeburg. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui peranan penting Taman Budaya dalam upaya pelestarian seni dan budaya lokal di Nusantara. Analisis yang dilakukan ditinjau dari segi umum dan segi arsitektur. Dunia arsitektur juga memiliki peran yang penting dalam upaya pelestarian seni dan budaya. Hal ini merupakan pengaruh utama yang menjadi tolak ukur masyarakat dalam menanamkan rasa cinta tanah air adalah estetika visual dari sebuah bangunan tersebut. PEMBAHASAN Analisis Peranan Pusat Seni dan Budaya Tabel 1. Analisis Kegiatan dan Fasilitas Pusat Seni dan Budaya • Pagelaran seni • Pameran • Workshop, • Tempat pelaksanaan lomba • Tempat presentasi • Seminar • Lokakarya • sarasehan, dll. • Pagelaran / konser • Seminar • Workshop • Pameran • Pusat Edukasi • Lokakarya • Pendopo Jayengrana • R. Sawunggaling • R. Sawung Rana • Galeri Seni & Kerajinan • Teater Terbuka • Wisma Seni Dewi Sangkrah • R. Gamelan Sawungsari • Perpustakaan dan Dokumentasi • Musala • Arena terbuka • Kantin • Galeri Prabangkara • Concert Hall • Gedung Kesenian Societet Militair • Amphiteater • Panggung Terbuka • Ruang Seminar • Kantin Taman Budaya Yogyakarta • Ruang Pameran Sumber situs resmi cak durasim, 2020 & situs resmi 2020 Ditinjau dari segi umum, Taman Budaya Jawa Timur dan Taman Budaya Yogyakarta memiliki fungsi dan peranan yang sama yaitu sebagai wadah seni dan fasilitas pengembangan serta pelestarian seni dan budaya lokal. Peranan tersebut bisa ditinjau dari fasilitas dan kegiatan dalam Pusat Seni dan Budaya pada tabel 1. Tabel 2. Seni yang Ditampilkan di Taman Budaya Jawa Timur Lomba Tari Jawa Timuran, Gaya Solo-Jogja, Gaya Bali, dan Kreasi Baru. Seni Tari Tradisional, Seni Musik Tradisional Lomba Musik Kolintang, Lawakan Ludruk, Seni Kentrung & Jemblung, Musik Rakyat dan Paduan Suara, Tari Remo Gambar 1. Gedung Cak Durasim/Taman Budaya JATIM Sumber situs resmi Cak Durasim, 2020 Gambar 2. Taman Budaya Yogyakarta Sumber google, 2020 Nur Atin Amalia, Dyan Agustin SINEKTIKA Jurnal Arsitektur, Vol. 19 No. 1, Januari 2022 37 Pagelaran Musik Kolintang, Lomba Vokal Keroncong Seni Paduan Suara, Seni Kolintang, Seni Musik Karawitan, Tari Barongan Seni Baca Macapat, Pameran dan Seni Rupa Diskusi Kebudayaan, Pasar Seni, Pameran Patung, Lomba Dalang, Wayang Sabda, Pagelaran Wayang Kulit Wayang Kulit, wayang Golek, Dalang Sumber Resmawati, 2014 Tabel 3. Seni yang Ditampilkan di Taman Budaya Yogyakarta Konser Afectio Harmony, Pentas Teater, Gelar Seni Tahunan, Pameran Seni Rupa, Pentas Teater, Karawitan, Gelar Seni Tradisi, Pameran, Kethoprak, Gelar Karya Maestro, Temu Seniman. Mini Konser Orkestra, Pentas Teater, Jogja Music Season, Pentas Keroncong, Karawitan, Gelar Seni Tahunan, Gelar Seni Tradisi, Pentas Kethoprak, Wayang Kulit * Wayang Wong, Teater, Pertunjukkan Musik, Gelar Tari Kontemporer, Gala Orkestra, Pameran Karya, Pameran Seni Rupa, Festival Film Dokumenter, Pentas Drama, Temu Seniman. Pentas Teater, Parade Film, Gelar Seni Tahunan, Konser Musik, Pagelaran Teater, Pagelaran Tari, Pentas Teater, Pameran Seni Rupa, Temu Seniman, Gelar Seni Tradisi, Pagelaran Budaya. Pameran, Kethoprak, Orkestra, Karawitan, Pentas Budaya, Gelar Seni Tradisi, Temu Karya Taman Budaya, Gelar Karya Maestro. Sumber 2020 Peranan pusat Seni dan Budaya sebagai upaya pelestarian seni dan budaya ditunjukkan dengan berbagai kegiatan atau aktivitas yang dilakukan pada Pusat Seni dan Budaya. Hal ini telah dijelaskan Tabel 2 dan 3 bahwa serangkaian kegiatan yang dilakukan mendorong terpenuhinya fasilitas sebagai penunjang setiap proses kegiatan seni. Tersedianya tempat dalam kegiatan yang mengandung unsur seni dan budaya menjadi fasilitas yang besar bagi masyarakat dan menjadi rumah kedua bagi kreator seni budaya dalam mengapresiasikan karya-karyanya Handono, 2019. Pada tabel 2 dan 3 banyaknya aktivitas seni yang terselenggara pada Taman Budaya Jawa Timur dan Taman Budaya Yogyakarta menjelaskan bahwa adanya sebuah wadah seni dan budaya sangat memberikan pengaruh terhadap masyarakat, salah satunya sebagai sarana edukasi dan sebagai tempat berekspresi dalam menuangkan karya. Sasaran utama dari sarana edukasi adalah anak-anak dan anak muda. Mengimbangi maraknya sarana hiburan, taman budaya adalah sarana yang tepat bagi kalangan tersebut. Rekreasi bukan hanya sekedar cuci mata, namun jika diimbangi dengan edukasi yang didapatkan maka akan menciptakan generasi penerus bangsa yang mengenal lebih dalam serta tumbuh rasa cinta seni dan budaya nusantara. Selain itu, sering dibangunnya Taman Budaya, dengan terselenggaranya event perlombaan seni dan budaya berupa Seni Baca Macapat, Lomba Tari, Lomba Dalang, Diskusi Kebudayaan, dan lain-lain Resmawati bisa meningkatkan minat dan semangat anak-anak muda dalam belajar seni dan budaya. Apalagi Taman Budaya adalah tempat berkumpulnya para seniman dalam berdiskusi budaya. Hal ini memberikan peluang besar terhadap anak-anak muda dalam belajar langsung dengan para seniman lokal maupun nusantara di Indonesia. Kegiatan yang dilakukan di dalam Taman Budaya tersebut Tabel 1 adalah bentuk upaya pelestarian seni dan budaya kepada masyarakat. Kegiatan yang dilakukan mempunyai mutu dan dampak yang positif dalam upaya pelestarian seni dan budaya. Secara tidak langsung masyarakat akan terhasut dan ikut andil dalam kegiatan yang di selenggarakan oleh Taman Budaya. Sehingga akan lebih banyak seniman yang bergabung dalam program Depdikbud dalam bidan seni dan budaya Resmawati dan semakin banyak masyarakat yang berpartisipasi dalam acara yang diselenggarakan. Selain itu diharapkan dengan adanya Taman Budaya pada masing-masing daerah menghasilkan sumber daya manusia yang mendukung dalam upaya pelestarian seni dan budaya lokal di Nusantara. Analisis Peranan Pusat Seni dan Budaya dari Segi Arsitektur Peranan penting Pusat Seni dan Budaya tidak hanya ditinjau dari segi umum saja, tinjauan dari segi arsitektur juga memiliki pengaruh besar terhadap pelestarian Seni dan Budaya dalam bentuk desain. Representasi nilai kebudayaan bisa berwujud dalam berbagai hal, bisa dalam wujud fisik maupun ruang. Dalam bentuk fisik, representasi nilai kebudayaan bisa berupa bentuk bangunan dan fasad bangunan. Bentuk dapat dihubungkan dengan struktur internal dan eksternal yang menghasilkan kesatuan antara keduanya Ching, 2007. Pada studi Kasus Taman Budaya, ruang luar merupakan ruang pendukung dari Taman budaya. Ruang utama di dalam Taman Budaya adalah ruang dalam atau Interior. Peranan Pusat Seni dan Budaya sebagai Bentuk Upaya Pelestarian Budaya Lokal 38 SINEKTIKA Jurnal Arsitektur, Vol. 19 No. 1, Januari 2022 Dari aspek ruang luar berupa fasad dan bentuk, ruang luar pada umumnya merupakan representasi dari latar belakang seni dan budaya di daerah Taman Budaya berada. Pada setiap daerah memiliki ciri khas seni dan budaya serta keunikan tersendiri. Pengaplikasian ciri khas seni dan budaya pada desain merupakan bentuk upaya pelestarian secara visual. Penerapan desain pada fisik bangunan memiliki tujuan agar selaras dengan fungsi yang sesungguhnya dengan fungsi filosofis yang menghasilkan suasana visual maupun non visual. Selain itu penerapan fasad bangunan sesuai dengan ciri khas seni dan budaya daerah bertujuan untuk memperkuat nuansa tradisional pada daerah tersebut. Tabel 4. Analisis Bangunan Pusat Seni dan Budaya Bentuk bangunan Taman Budaya JATIM adalah serapan dari bentuk Joglo’ yaitu rumah adat Jawa Gambar 3, 4 dan 5. Bentuk bangunan Taman Budaya awa Timur tidak jauh beda bahkan sama persis dengan rumah Joglo. Hal ini adalah salah satu bentuk upaya pelestarian seni dan budaya yang diterapkan pada konsep bentuk bangunan seperti pada gambar 3 dan 4. Bangunan dengan langgam kolonial belanda tersebut memberikan sejarah bagi Yogyakarta Gambar 6. Taman Budaya Yogyakarta dulunya adalah gedung militer belanda yang difungsikan sebagai sarana rekreasi. Beragam pertunjukan digelar dalam gedung ini. Sehingga gedung tersebut tetap dikelola sesuai fungsi dan bentuk seperti dahulu, guna mencerminkan pelestarian seni dan budaya Yogyakarta dan dikembangkan menjadi taman Budaya Yogyakarta Gambar 2. Desain bangunan Taman Budaya Jawa Timur tidak lepas dari bentuk Rumah Joglo. Mulai dari pendopo Gambar 7 hingga bangunan Gedung Cak Durasim Gambar 1. Pada ekterior Taman Budaya Jatim bernuansa tradisional dengan warna kalem seperti warna kayu pada umumnya yang memberikan kesan sederhana pada Taman Budaya JATIM Gambar 8 dan 9. Konsep sederhana meberikan arti bahwa meski bangunan tersebut nampak sederhana, namun bukan berarti fungsi bangunan tersebut juga sederhana. Desain depan bangunan disambut dengan gedung besar dan bernuansa megah. Fasad tampilan depan dihiasi dengan 4 pilar besar yang membuat bangunan Taman Budaya Yogyakarta terlihat gagah Gambar 7. Desain pintu terdapat gawai melengkung di atas yang menyimbolkan arsitektur kolonial belanda masih terjaga. Selain itu bentuk lengkung terapat pada fasad samping bangunan dan pada interior yang ditata secara berulang Gambar 13 dan 14. bangunan lawas Taman Budaya Yogyakarta Gambar 4. Pendopo Taman Budaya JATIM Tampak Depan Taman Budaya Nur Atin Amalia, Dyan Agustin SINEKTIKA Jurnal Arsitektur, Vol. 19 No. 1, Januari 2022 39 Penerapan nuansa arsitektur tradisional tidak hanya pada ekterior saja. Namun, pada interior Taman Budaya JATIM juga mengaplikasikan bentuk rumah Joglo. Inteiror atau fasad dalam pendopo didesain dengan ruang terbuka dan pada langit-langit terdapat ornamen-ornamen tradisional khas dari rumah Joglo Gambar 10. Selain itu pada interior pada salah satu ruang pagelaran, nuansa interior didesain dengan suasana tradisional mulai dari fasad, lighting, warna dan bentuk panggung Gambar 11. Selain itu desain interior pada Taman Budaya Yogyakarta merupakan pengaplikasian arsitektur kolonial belanda yang masih terjaga seninya. Terlihat pada interior ruangan pertunjukkan terdapat frame panggung melengkung dan interior pada ruang lain merupakan bentuk simetris yang merupakan ciri arsitektur kolonial belanda Gambar 15 dan 16. Setiap daerah memiliki seni dan budaya masing-masing sebagai ciri khas. Seperti studi kasus yang diangkat di atas yaitu Taman Budaya Jawa Timur dan Taman Budaya Yogyakarta. Masing-masing mempunyai seni dan budaya yang diangkat dalam desain tampilan Taman Budaya. Taman Budaya Jawa Timur menerapkan konsep Rumah Joglo dan Taman Budaya Yogyakarta dengan Konsep kolonial belanda. Peranan penting Taman budaya juga perlu ditinjau dari segi Arsitektur. Tampilan visual yang didapatkan menjadi daya tarik utama terhadap masyarakat. Selain itu penerapan desain arsitektur lokal atau tradisional terhadap Taman Budaya yang ada bisa menjadi identitas bagi wilayah tersebut. Melalui identitas inilah nama daerah bisa tersebar luas dan menjadi destinasi wisata bagi masyarakat di luar daerah. Namun, pada Taman Budaya Yogyakarta bangunan yang digunakan adalah bekas militer belanda, sehingga bangunan bergaya kolonial yang tersimpan di Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala DIY. Fungsi utama bangunan tersebut dulunya adalah sebagai sarana pelaksanaan tugas pengembangan dan pengolahan seni budaya provinsi, kemudian pada tahun 1996 seusai dipugar beralih nama menjadi Taman Budaya Yogyakarta namun masih dengan fungsi yang sama yaitu sebagai pusat laboratorium pengembangan dan pengolahan seni, dokumentasi dan informasi seni budaya, serta meningkatkan kompetensi dan kemampuan masyarakat dalam mengapresiasi seni budaya lokal. Pada Tabel 2 menjelaskan bahwa masing-masing daerah memiliki seni dan budaya serta sejarah masing-masing. Filosofi tersebut yang nantinya diangkat dan dikembangkan seiring perkembangan zaman. Pelestarian seni dan budaya tidak hanya berupa kegiatan atau tulisan, namun penerapan dalam tampilan merupakan bentuk upaya Pelestarian seni dan budaya lokal di Nusantara. Hal tersebut ditinjau dari eksterior dan interior pada bangunan Taman Budaya yang dijelaskan di atas Tabel 2. Peranan dari kedua hal tersebut memberikan dampak positif yang besar terhadap masyarakat yang berkunjung. Desain yang diterapkan menghasilkan tampilan yang dinikmati pengunjung atau masyarakat sehingga masyarakat tidak asing dengan bentuk bangunan dan bisa mengenal seni dan budaya lokal melalui peranan desain bangunan. KESIMPULAN Seni dan budaya memiliki sifat yang dinamis. Implikasinya Taman Budaya menjadi wadah seni serta fasilitas edukasi bagi masyarakat setempat untuk menjaga, mengamankan, melestarikan dan mengembangkan seni dan budaya yang diwariskan oleh leluhur. Namun, penguatan Pusat Seni dan Budaya perlu dikembangkan dalam bersaing dan berhadapan dengan globalisasi untuk pelestarian seni dan budaya lokal di Nusantara, apalagi di tengah tingginya arus globalisasi yang masuk. Tinjauan dari segi umum menjelaskan bahwa Pusat Seni dan Budaya memiliki peranan penting, namun dari segi arsitektur Pusat Seni dan Budaya juga memiliki peranan yang penting dalam pelestarian Seni dan Budaya. Desain menjelaskan makna tersirat dari tujuan Pusat Seni dan Budaya. Meski pada Taman Budaya Yogyakarta memiliki langgam kolonial yang tercatat dalam Suaka Sejarah, namun fungsi utama dari gedung adalah sebagai sarana pelestarian seni budaya lokal. Peranan Pusat Seni dan Budaya sebagai Bentuk Upaya Pelestarian Budaya Lokal 40 SINEKTIKA Jurnal Arsitektur, Vol. 19 No. 1, Januari 2022 DAFTAR PUSTAKA Budiharjo, E. 1994. Arsitektur Pembangunan dan Konservasi. eds 1994. Jakarta Djambatan. Butar, M. 2015. Pelestarian Benda Cagar Budaya di Objek Wisata Museum Sang Nila utama Provinsi Riau. Jom FISIP, vol. 2, 5. Ching, F. 1993. Arsitektur, Bentuk, Ruang, dan Susunannya, eds 1. Jakarta Erlangga. Handono, M, N., Suprobo, F, P., & Andarini, R. 2019. Perencanaan dan Perancangan Taman Wisata Budaya di Surabaya. Artikel Seminar Ilmu Terapan SNITER 2019. Universitas Widya Kartika Kartodirdjo, S. 1993. Pembangunan Bangsa. Yogyakarta Aditya Media. Koentjaraningrat. 2015. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta Rineka Cipta. Lewis, M. 1983. Conservation A Regional Point of View dalam M. Bourke, M. Miles dan B. Saini, eds Protecting the Past for the Future. Canberra Australian Government Publishing Service. Mukhtar. 2013. Metode Penelitian Deskriptif Kualitatif. Jakarta GP Press Group. Nawawi, H. H & Martini, H. M. 1996. Penelitian Terapan II ed.. Yogyakarta UGM Press. Poerwadarminta, W. J. S. 2003. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta Balai Pustaka. Pontoh, N. K. 1992. Preservasi dan Konservasi Suatu Tinjauan Teori Perancangan Kota. Jurnal PWK, 34-39 Resmawati W. I. 2014. Fungsi Gedung Taman Budaya Jawa Timur sebagai Wadah Aktifitas Seni Tradisional Jawa Timur tahun 1978-1988, e-Journal Pendidikan Sejarah, 292-301. Smith, L. 1996. Significance Concepts in Australian Management Archaeology dalam L. Smith dan A. Clarke, eds Issue in Management Archaeology, Tempus, Vol 5. Suwardi, Endraswara. 2003. Metode Penelitian Kebudayaan. Yogyakarta Gadjah Mada University Press. Thoyibi, M. 1994. Filsafat Ilmu dan Perkembangannya ed. 1994. Surakarta Muhammadiyah Univ press. Triwardani, R., Rochayanti, C. 2014. Implementasi Kebijakan Desa Budaya dalam Upaya Pelestarian Budaya Lokal. Jurnal Reformasi. 102-104. ... Seni dan budaya bangsa wajib dijaga kelestariannya oleh generasi muda. Pengaruh arus globalisasi membawa dampak perubahan gaya hidup generasi muda hingga menyebabkan lunturnya rasa cinta seni dan budaya nusantara Amalia and Agustin, 2022. Kesenian yang mulai ditinggalkan generasi muda, salah satunya adalah wayang kulit. ...Dwi Nur FitriyaniAhmad Anis AbdullahMathematics is considered a difficult and boring subject because it involves numbers, symbols, and formulas. The use of culture associated with mathematics will provide new experiences for students in learning mathematics so that it will not cause boredom. The fundamental mathematical aspect that will be observed is the motif and the process by which puppets are made. The purpose of this research to describe fundamental mathematical activity according to Bishop on the shadow puppets craft. The type of research was descriptive qualitative with ethnographic approach. The data collection method that used were interviews, observations, documentation, and references. This research show that mathematics aspect of the shadow puppet craft according to Bishop 1 counting include a long time of manufacture, number of puppets, number of tools and materials; 2 locating included the division of land, boundaries, placement of motifs; 3 measuring included fat content, calculation size and weight of the device, symmetrical motif size, color mix ratio, gradation level; 4 designing incuded the shapes of tools and materials, sketching, motifs, lines; 5 playing induded the steps and process production; and 6 explaining included the meaning of motifs, the use of tatah, and the application of color. In addition, the fundamental aspects of mathematics in the process of making puppets can be implemented in junior high schools in the form of questions.... Pendidikan seni itu sendiri penting karena seni merupakan bagian integral dari warisan budaya masyarakat, karenanya penting bagi pengembangan manusia . Seni adalah sebuah keahlian dalam membuat karya yang bermutu yang bisa menimbulkan rasa indah bagi orang yang melihat, mendengar dan merasakannya Amalia & Agustin, 2022. Pendidikan seni yang dilakukan kepada anak dapat dilakukan dengan memberikan pelatihan seni tari, seni musik, seni rupa Purwanti et al., 2021. ...Mega Kriswati Ganno Tribuana KurniajiSuyamiSudah lebih dari satu tahun Indonesia masih mengadakan pembelajaran daring akibat terjadinya pandemi corona. Selama pembelajaran daring terjadi peserta didik di sekolah dasar negeri tegalkuniran mendapatkan pembelajaran yang berfokus pada pengerjaan soal pada buku tematik saja. Jika melihat dari kegiatan tersebut tentunya hanya aspek kognitif saja yang terpenuhi sedangkan aspek psikomotorik dan afektif belum terpenuhi. Sehingga hal ini menjadikan peneliti melakukan pengabdian di sekolah dasar negeri tegalkuniran. Tujuan pengabdian ini untuk memberikan pengembangan diri berbasis seni agar aspek psikomotorik dan afektif peserta didik selama masa pandemi tetap didapatkan. Mitra pengabdian pada kegiatan ini adalah peserta didik kelas 6. Metode pengabdian yang digunakan adalah metode observasi. Dimana peneliti mengamati terhadap suatu karya dari peserta didik. Hasil dari penelitian ini ditemukan bahwa dengan mengadakan pengembangan diri berbasis seni yaitu membuat benda-benda di sekitar dengan menggunakan bahan plastisin peserta didik dapat memenuhi aspek psikomotorik pada tingkatan naturalisasi yaitu membuat suatu produk dan aspek afektif yang terpenuhi ialah tingkatan menghargai yaitu ikut serta dalam pembuatan karya seni, disamping aspek kognitif dan sosialnya.... This tangible culture could add sacred value to the place [5]. It also could preserve local culture for the future generation [6]. ...Cirebon, in the Indonesian province of West Java, is a culturally and historically significant city. The past's culture is still alive and well today. One of these is the Aboge concept of space embodiment, which is still alive and well today. The goal of this study is to describe the Aboge philosophy in the creation of a space, such as a house. The research is carried out by collecting data through field surveys. Interview activities with respondents were carried out in a snowball manner. Field observations were used to record empirical phenomena. The analytical approach employs a qualitative descriptive data collection method, followed by synthesis and conclusions. The findings demonstrate that aboge is an old philosophy that regards humans as integral members of the universe. This old aboge ideology has grown among the Cirebon people as an intangible heritage. Its evolution is passed down from generation to generation through folklore, or "getok tular," as it is known. The findings of the study indicate that the location of a house is necessary to attain harmony with its owners' energy. These findings can be utilized as evidence for the preservation of Cirebon's intangible heritage. Reny TriwardaniChristina RochayantiThe serious challenge faced of local culture is to preserve its existence in the midst of the stream of globalization. Accurate strategies need to be defined to strengthen its endurance as a social capital in recent society. Cultural village is a product of policy of Yogyakarta regional government which promote the potency of local culture based on local people empowerment as an effort to preserve local culture. This research intended to analyze the implementation of cultural village policy as an effort to preserve local culture in Yogyakarta regional. The approach was descriptive-qualitative with case study method on a cultural village in Banjarharjo, Kali Bawang, Kulon Progo. The findings of this research showed that on the stages of implementation cultural village policy as a model of local culture preservation need to be followed with the policy of cultural village governance so that would be able to increase the welfare of this local culture conservationist society. Abstrak Tantangan serius yang dihadapi budaya lokal adalah mempertahankan eksistensinya di tengah terpaan arus globalisasi. Strategi-strategi jitu perlu dirumuskan untuk menguatkan daya tahan budaya lokal sebagai modal sosial dalam masyarakat kekinian. Desa budaya merupakan suatu bentuk kebijakan pemerintah daerah DIY yang mengembangkan potensi budaya lokal berbasis pemberdayaan masyarakat lokal dalam upaya pelestarian budaya lokal. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis implementasi kebijakan desa budaya sebagai model pelestarian budaya lokal di Provinsi DIY. Pendekatan penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan metode studi kasus pada satu desa budaya di Banjarharjo, Kali Bawang, Kulon Progo. Temuan penelitian menjelaskan bahwa pada tahapan implementasi, kebijakan penetapan desa budaya sebagai model pelestarian budaya lokal perlu ditindaklanjuti dengan kebijakan tata kelola desa budaya sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat pelestari budaya lokal Pembangunan dan KonservasiE BudiharjoBudiharjo, E. 1994. Arsitektur Pembangunan dan Konservasi. eds 1994. Jakarta Benda Cagar Budaya di Objek Wisata Museum Sang Nila utama Provinsi RiauM ButarButar, M. 2015. Pelestarian Benda Cagar Budaya di Objek Wisata Museum Sang Nila utama Provinsi Riau. Jom FISIP, vol. 2, dan Perancangan Taman Wisata Budaya di SurabayaM HandonoN SuproboP AndariniHandono, M, N., Suprobo, F, P., & Andarini, R. 2019. Perencanaan dan Perancangan Taman Wisata Budaya di Surabaya. Artikel Seminar Ilmu Terapan SNITER 2019. Universitas Widya Kartika Kartodirdjo, S. 1993. Pembangunan Bangsa. Yogyakarta Aditya A Regional Point of ViewM LewisLewis, M. 1983. Conservation A Regional Point of View dalam M. Bourke, M. Miles dan B. Saini, eds Protecting the Past for the Future. Canberra Australian Government Publishing Penelitian Deskriptif KualitatifMukhtarMukhtar. 2013. Metode Penelitian Deskriptif Kualitatif. Jakarta GP Press Umum Bahasa IndonesiaW J S PoerwadarmintaPoerwadarminta, W. J. S. 2003. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta Balai dan Konservasi Suatu Tinjauan Teori Perancangan KotaN K PontohPontoh, N. K. 1992. Preservasi dan Konservasi Suatu Tinjauan Teori Perancangan Kota. Jurnal PWK, 34-39W I ResmawatiResmawati W. I. 2014. Fungsi Gedung Taman Budaya Jawa Timur sebagai Wadah Aktifitas Seni Tradisional Jawa Timur tahun 1978-1988, e-Journal Pendidikan Sejarah, Concepts in Australian Management ArchaeologyL SmithSmith, L. 1996. Significance Concepts in Australian Management Archaeology dalam L. Smith dan A. Clarke, eds Issue in Management Archaeology, Tempus, Vol 5.
lingkungan maka sinkronisasi budaya tersebut jelas merupakan ancaman bagi otonomi budaya masyarakatnya. Hal ini terjadi pada masyarakat Indonesia dimana, jaman sekarang masyarakat lebih suka merayakan Ulang tahun di tempat-tempat yang identik dengan budaya Barat sehingga dinilai tidak kuno lebih modern. Misalnya; KFC,Dunkin
Akulturasi Kebudayaan Nusantara dan Hindu-BuddhaSeni BangunanSeni Rupa dan Seni UkirSeni PertunjukanSeni Sastra dan AksaraSistem KepercayaanSistem PemerintahanArsitektur Akulturasi kebudayaan yaitu suatu proses percampuran antara unsur-unsur kebudayaan yang satu dengan kebudayaan yang lain, sehingga membentuk kebudayaan baru. Kebudayaan baru yang merupakan hasil percampuran itu masing-masing tidak kehilangan kepribadian/ciri khasnya. Oleh karena itu, untuk dapat berakulturasi, masing-masing kebudayaan harus seimbang. Contoh hasil akulturasi antara kebudayaan Hindu-Buddha dengan kebudayaan Indonesia asli sebagai berikut. Seni Bangunan Bentuk-bentuk bangunan candi di Indonesia pada umumnya merupakan bentuk akulturasi antara unsur-unsur budaya Hindu- Buddha dengan unsur budaya Indonesia asli. Bangunan yang megah, patung-patung perwujudan dewa atau Buddha, serta bagian-bagian candi dan stupa adalah unsur-unsur dari India. Bentuk candi-candi di Indonesia pada hakikatnya adalah punden berundak yang merupakan unsur Indonesia asli. Candi Borobudur merupakan salah satu contoh dari bentuk akulturasi tersebut. Candi Borobudur Seni Rupa dan Seni Ukir Masuknya pengaruh India juga membawa perkembangan dalam bidang seni rupa, seni pahat, dan seni ukir. Hal ini dapat dilihat pada relief atau seni ukir yang dipahatkan pada bagian dinding-dinding candi. Misalnya, relief yang dipahatkan pada dinding-dinding pagar langkan di Candi Borobudur yang berupa pahatan riwayat Sang Buddha. Di sekitar Sang Buddha terdapat lingkungan alam Indonesia seperti rumah panggung dan burung merpati. Ukiran Binatang di candi Borobudur Pada relief kala makara pada candi dibuat sangat indah. Hiasan relief kala makara, dasarnya adalah motif binatang dan tumbuh-tumbuhan. Hal semacam ini sudah dikenal sejak masa sebelum Hindu. Binatang-binatang itu dipandang suci, maka sering diabadikan dengan cara di lukis. Seni Pertunjukan Menurut Brandes, gamelan merupakan satu diantara seni pertunjukan asli yang dimiliki oleh bangsa Indonesia sebelum masuknya unsur-unsur budaya India. Selama waktu berabad- abad gamelan juga mengalami perkembangan dengan masuknya unsur-unsur budaya baru baik dalam bentuk maupun kualitasnya. Gambaran mengenai bentuk gamelan Jawa kuno masa Majapahit dapat dilihat pada beberapa sumber, antara lain prasasti dan kitab kesusastraan. Macam-macam gamelan dapat dikelompokkan dalam chordaphones, aerophones, membranophones, tidophones, dan xylophones. Seni Sastra dan Aksara Pengaruh India membawa perkembangan seni sastra di Indonesia. Seni sastra waktu itu ada yang berbentuk prosa dan ada yang berbentuk tembang puisi. Berdasarkan isinya, kesusastraan dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu tutur pitutur kitab keagamaan, kitab hukum, dan wiracarita kepahlawanan. Bentuk wiracarita ternyata sangat terkenal di Indonesia, terutama kitab Ramayana dan Mahabarata. Kemudian timbul wiracarita hasil gubahan dari para pujangga Indonesia. Misalnya, Baratayuda yang digubah oleh Mpu Sedah dan Mpu Panuluh. Juga munculnya cerita- cerita Carangan. Berkembangnya karya sastra terutama yang bersumber dari Mahabarata dan Ramayana, melahirkan seni pertunjukan wayang kulit wayang purwa. Pertunjukan wayang kulit di Indonesia, khususnya di Jawa sudah begitu mendarah daging. Isi dan cerita pertunjukan wayang banyak mengandung nilai-nilai yang bersifat edukatif pendidikan. Cerita dalam pertunjukan wayang berasal dari India, tetapi wayangnya asli dari Indonesia. Seni pahat dan ragam luas yang ada pada wayang disesuaikan dengan seni di Indonesia. Di samping bentuk dan ragam hias wayang, muncul pula tokoh- tokoh pewayangan yang khas Indonesia. Misalnya tokoh-tokoh punakawan seperti Semar, Gareng, dan Petruk. Tokoh- tokoh ini tidak ditemukan di India. Perkembangan seni sastra yang sangat cepat didukung oleh penggunaan huruf pallawa, misalnya dalam karya-karya sastra Jawa Kuno. Pada prasasti-prasasti yang ditemukan terdapat unsur India dengan unsur budaya Indonesia. Misalnya, ada prasasti dengan huruf Nagari India dan huruf Bali Kuno Indonesia. Sistem Kepercayaan Sejak masa praaksara, orang-orang di Kepulauan Indonesia sudah mengenal simbol-simbol yang bermakna filosofis. Sebagai contoh, kalau ada orang meninggal, di dalam kuburnya disertakan benda-benda. Di antara benda-benda itu ada lukisan orang naik perahu, ini memberikan makna bahwa orang yang sudah meninggal tersebut rohnya akan melanjutkan perjalanan ke tempat tujuan yang membahagiakan yaitu alam baka. Masyarakat waktu itu sudah percaya adanya kehidupan sesudah mati, yakni sebagai roh halus. Oleh karena itu, roh nenek moyang dipuja oleh orang yang masih hidup animisme. Setelah masuknya pengaruh India kepercayaan terhadap roh halus tidak punah. Misalnya dapat dilihat pada fungsi candi. Fungsi candi atau kuil di India adalah sebagai tempat pemujaan. Di Indonesia, di samping sebagai tempat pemujaan, candi juga sebagai makam raja atau untuk menyimpan abu jenazah raja yang telah meninggal. Itulah sebabnya peripih tempat penyimpanan abu jenazah raja didirikan patung raja dalam bentuk mirip dewa yang dipujanya. Ini jelas merupakan perpaduan antara fungsi candi di India dengan tradisi pemakaman dan pemujaan roh nenek moyang di Indonesia. Bentuk bangunan lingga dan yoni juga merupakan tempat pemujaan terutama bagi orang-orang Hindu penganut Syiwaisme. Lingga adalah lambang Dewa Syiwa. Secara filosofis lingga dan yoni adalah lambang kesuburan dan lambang kemakmuran. Lingga lambang laki-laki dan yoni lambang perempuan. Sistem Pemerintahan Setelah datangnya pengaruh India di Kepulauan Indonesia, dikenal adanya sistem pemerintahan secara sederhana. Pemerintahan yang dimaksud adalah semacam pemerintah di suatu desa atau daerah tertentu. Rakyat mengangkat seorang pemimpin atau semacam kepala suku. Orang yang dipilih sebagai pemimpin biasanya orang yang sudah tua senior, arif, dapat membimbing, memiliki kelebihan-kelebihan tertentu termasuk dalam bidang ekonomi, berwibawa, serta memiliki semacam kekuatan gaib kesaktian. Setelah pengaruh India masuk, maka pemimpin tadi diubah menjadi raja dan wilayahnya disebut kerajaan. Hal ini secara jelas terjadi di Kutai. Salah satu bukti akulturasi dalam bidang pemerintahan, misalnya seorang raja harus berwibawa dan dipandang memiliki kekuatan gaib seperti pada pemimpin masa sebelum Hindu- Buddha. Karena raja memiliki kekuatan gaib, maka oleh rakyat raja dipandang dekat dengan dewa. Raja kemudian disembah, dan kalau sudah meninggal, rohnya dipuja-puja Arsitektur Bentuk alkulturasi budaya lain yang dapat dilihat hingga saat ini adalah arsitektur pada bangunan-bangunan keagamanan. Bangunan keagamaan berupa candi atau arca sangat dikenal pada masa Hindu-Buddha. Hal ini terlihat pada sosok bangunan sakral peninggalan Hindu seperti Candi Sewu, Candi Gedungsongo, dan masih banyak lagi. Juga bangunan pertapaan – wihara merupakan bangunan berundak. Bangunan ini dapat dilihat pada beberapa Candi Plaosan, Candi Jalatunda, Candi Tikus, dan masih banyak lagi. Bentuk lain berupa stupa berundak yang dapat dilihat pada bangunan Borobudur. Di samping itu juga terdapat bangunan Gua, seperti Gua Selomangkleng Kediri, dan Gua Gajah. Bangunan lainnya dapat berupa gapura paduraksa seperti Candi Bajangratu, Candi Jedong, dan Candi Plumbangan. Untuk memahami lebih lanjut baca buku Agus A. Munandar, Sejarah Kebudayaan Indonesia.
3 Proses Perkembangan Budaya PoUlik Nasional Indonesia Pertemuan dengan kebudayaan Barat yang telah lebib maju dalam ilmu pengetabuan, teknologi, dan sistem pendidikannya . membawa pengamh. yang besar bagi perkembangan pemikiran rakyat Indonesia dan kesadaran kebangsaan atau nasionalisme Indonesia. Pendidikan Barat mulai menjalar secara
- Budaya merupakan hasil cipta, rasa, dan karsa manusia yang selalu melekat dalam kehidupan sehari-hari. Wujud kebudayaan dapat dikenali berdasarkan unsur-unsurnya, seperti bahasa, sistem organisasi, sistem religi, pengetahuan, kesenian, dan mata pencaharian manusia. Kebudayaan turut menjadi pedoman laku hidup keseharian suatu masyarakat. Kebudayaan manusia di suatu tempat lazimnya berbeda dari tempat lainnya. Hal tersebut, misalnya, dapat dilihat di wilayah Indonesia yang memiliki banyak sekali perbedaan, mulai dari bahasa sampai mata pencaharian, dari Sabang sampai Merauke. Beragam kebudayaan itu eksis dan terbentuk dari beberapa aspek yang mempengaruhinya. Perbedaan budaya antara satu wilayah dengan wilayah yang lain dipengaruhi faktor-faktor yang terdapat pada wilayah tersebut. Di antara faktor-faktor itu adalah faktor geografis yang berkaitan dengan kondisi alam, serta mempunyai keterkaitan langsung maupun tidak langsung dengan kehidupan juga Tahapan Sistem Informasi Geografis Masukan, Olah Data dan Keluaran Kondisi Geografis Indonesia Nilai Positif Cegah Importasi Omicron Faktor Geografis Penyebab Keragaman Budaya di Indonesia Faktor-faktor geografis mempunyai andil dalam membentuk keragaman budaya pada suatu masyarakat. Sebagaimana dikutip dari buku Tradisi Sekura Cakak Buah Masyarakat Adat Saibatin Dalam Kaca Mata Geografi 2021, terdapat delapan faktor yang mempengaruhi kebudayan manusia, terdiri atas faktor lokasi, jenis iklim, relief permukaan bumi, tipe tanah, jenis flora dan fauna, kondisi air, sumber mineral, dan kontak dengan mengenai faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut 1. LokasiLokasi merupakan letak atau titik spesifik suatu tempat dalam suatu wilayah. Dengan demikian, ada unsur relasi keruangan, seperti posisi dan jarak suatu tempat dengan tempat lainnya. Sebagai misal, Indonesia adalah negara yang terletak di antara dua benua dan dua samudera. Dengan berada di lokasi tersebut, Indonesia memiliki keuntungan lalu lintas perniagaan yang melewati jalur maritim. Pada akhirnya, kesadaran akan kondisi ini mendorong daya cipta, rasa, dan karsa masyarakat di wilayah tersebut untuk memanfaatkannya. 2. Jenis iklimJenis iklim dipengaruhi letak suatu wilayah, yang juga akan menentukan pola perilaku masyarakat. Sebagai misal, iklim daerah pegunungan dan pesisir memiliki karakteristiknya masing-masing. Pada perilaku sehari-hari, iklim akan mempengaruhi cara berpakaian masyarakat. Contohnya, orang-orang yang tinggal di daerah iklim dingin pegunungan cenderung berpakaian tebal, sementara masyarakat yang tinggal di daerah pesisir cenderung berpakaian tipis. 3. Bentuk ReliefBentuk relief mempengaruhi kebudayaan masyarakat, misalnya dalam hal mobilitas masyarakat. Orang-orang yang tinggal di daerah relief perbukitan cenderung memilih berjalan kaki ketika berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Sementara itu, masyarakat yang tinggal di daerah dekat sungai cenderung menggunakan perahu sebagai moda transportasi mereka. 4. Tipe TanahTipe tanah menentukan kesuburan tanah di suatu wilayah. Tanah berkapur di bentang lahan karst cenderung membentuk daerah yang kurang produktif untuk pertanian. Di sisi lain, tanah berkapur lahan karst menyajikan bentang alam yang eksotis sehingga dapat dimanfaatkan sebagai obyek wisata. Berbeda pula bagi masyarakat yang hidup di kaki gunung dengan tipe tanah subur untuk pertanian. Kondisi ini membangun pola perilaku dan sistem mata pencaharian yang berbeda. Akibatnya terjadi keragaman regional antardaerah di Indonesia. 5. Jenis Flora dan FaunaPemanfaatan beragam flora dan fauna bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pangan manusia. Lebih lanjut lagi, keragaman pangan flora dan fauna juga akan mempengaruhi nutrisi masyarakat. Sebagai misal, masyarakat Maluku kerap memanfaatkan kekayaan lautan dan tanaman sagunya. Sementara itu, masyarakat Jawa dengan ketela dan ikan wadernya. 6. Kondisi AirFaktor ini menentukan dapat tidaknya suatu wilayah dihuni dengan layak sehingga menjadi faktor krusial bagi lahirnya peradaban manusia. 7. Sumber-sumber MineralSumber mineral merupakan potensi alam dari bahan galian yang ada dalam perut bumi. Pemanfaatannya dilakukan melalui proses pertambangan eksploitasi. Kondisi geografis Indonesia mendukung kekayaan bahan mineral yang tersebar di daratan atau dasar laut. Persebaran jumlah dan jenis sumber daya mineral Indonesia tidak merata, tergantung kondisi batuan induk di setiap daerah. 8. Kontak dengan LautanKontak dengan lautan sangat penting bagi peradaban manusia. Orang-orang yang tinggal di daerah pesisir biasanya lebih sering berinteraksi dengan budaya wilayah-wilayah lain. Pertemuan dengan kebudayaan luar mempengaruhi proses asimilasi kebudayaan yang ada di Indonesia sehingga menambah ragam jenis kebudayaan yang ada di Indonesia. Faktor-faktor geografis di atas turut membentuk kebudayaan masyarakat di berbagai wilayah. Namun, tidak bisa dimungkiri faktor geografis bukan sebagai faktor tunggal. Ada beberapa pandangan lain tentang pengaruh geografis terhadap kebudayaan masyarakat, di antaranya pandangan determinisme lingkungan dan posibilisme. Pertama, determinisme lingkungan menyatakan bahwa lingkungan secara mekanis menentukan terbentuknya suatu budaya. Dalam pandangan ini, diyakini bahwa lingkungan dan kehidupan di dalamnya tetap ada dan tidak berubah. Berdasarkan hal itu, lingkungan menjadi faktor tunggal yang menentukan suatu kebudayaan. Kedua, pandangan determinisme berbeda dengan pandangan posibilisme. Menurut pandangan posibilisme, kondisi lingkungan alam bukan faktor dominan yang menentukan kebudayaan, melainkan faktor pengendali yang memberikan kemungkinan atau peluang yang memengaruhi kebudayaan manusia. Lingkungan alam hanya memberikan kemungkinan tertentu atas lahirnya suatu kebudayaan. Kedua pandangan ini menunjukkan bahwa faktor geografis berpengaruh terhadap keragaman budaya. Selain letak geografis, faktor lain yang mempengaruhi keragaman budaya masyarakat Indonesia adalah masuknya berbagai kebudayaan dunia ke dalam kebudayaan-kebudayaan suku bangsa yang sudah ada. Bagi Indonesia, pengaruh budaya luar budaya asing sudah terjadi sejak zaman dahulu. Keanekaragaman budaya di Indonesia juga diperkaya dengan kehadiran pendukung kebudayaan dari bangsa-bangsa lain sejak berabad-abad yang lalu, mulai dari penjajahan, hubungan perdagangan, penyebaran agama, dan juga Rangkuman Materi Geografi Wilayah dan Pembangunan Model Pengembangan Wilayah di Negara Berkembang dalam Geografi - Pendidikan Kontributor Auvry AbeyasaPenulis Auvry AbeyasaEditor Abdul Hadi
DampakPositif dan Negatif Adanya Keberagaman Sosial Budaya. Keberagaman sosial budaya adalah kekayaan sekaligus berkah bagi bangsa. Keberagaman sosial budaya masyarakat menjadi pondasi untuk memperkuat persatuan dan kesatuan Indonesia. Keragaman budaya adalah sebuah situasi yang tidak mungkin dihindari bagi negara kepulauan seperti Indonesia.
Arsitektur tradisional tidak bisa dilihat sebagai ujud fisik semata, sekedar aspek formalnya saja. Arsitektur tradisional harus dibaca sebagai artefak budaya, karena kehadirannya turut menginformasikan kekhasan budaya manusia yang menciptakannya; mencerminkan karakter masyarakat yang hidup di jamannya; dan mengekspresikan nilai budaya, sistem kepercayaan dan pola hidup yang dianut komunitasnya. Studi tentang arsitektur tradisional bukanlah lahan eksklusif para pakar di bidang arsitektur saja, karena banyak ber-irisan dan tumpang tindih dengan disiplin ilmu lain yang relevan, seperti antropologi, geografi, ilmu lingkungan, dan disiplin terkait lainnya. Namun demikian, dari waktu ke waktu perhatian dan keterlibatan pakar dari bidang arsitektur, baik di dalam dan di luar negeri, cenderung meningkat tajam, baik secara substantif maupun metodologis. Buku ini merupakan kumpulan hasil studi literatur dan lapangan seorang peneliti muda yang memiliki minat dan komitmen untuk mengembangkan pengetahuan tentang arsitektur Nusantara, ditulis dalam kegelisahan batin berbaur semangat untuk melestarikan nilai-nilai dan artefak budaya masyarakat etnik yang ada di Nusantara yang tengah digerus oleh kekuatan globalisasi yang bersifat sekular. Apa yang disajikan masih bersifat eksploratif, terbuka bagi pengkayaan data dan interpretasi lanjut, namun sudah layak untuk menjadi bahan rujukan dasar bagi mereka yang ingin melangkah lebih lanjut ke dalam khasanah pengetahuan tentang arsitektur Nusantara, juga sebagai bahan ajar tentang arsitektur tradisional bagi mahasiswa arsitektur strata sarjana. Di tengah kelangkaan sumber literatur tentang arsitektur tradisional di Nusantara, kehadiran buku ini tentunya akan membawa banyak hikmah dan manfaat. Namun demikian, substansi buku ini selayaknya tidak diterima secara doktrinal, melainkan secara kritis dan refleksif. Dengan demikian senantiasa akan terbuka wacana dan kesempatan untuk menyempurnakan substansi buku ini dari waktu ke waktu. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free A preview of the PDF is not available Audy WidhianingtyasSudianto AlyAbstrak - Salah satu cerminan kekayaan budaya Indonesia adalah arsitektur tradisional, tak terkecuali arsitektur Jawa yang sarat makna. Sayangnya, eksistensi arsitektur tradisional di era modern kian memudar. Adanya Plataran Dharmawangsa sebagai contoh pelestarian arsitektur Jawa meski telah mengalami penyesuaian pada fungsi dan desain menimbulkan ketertarikan untuk mempelajari bagaimana tata ruang dan bentuk arsitektur Jawa pada restoran Plataran Dharmawangsa di Jakarta. Untuk memperoleh jawaban dari pertanyaan, dilakukan kajian teori untuk mendasari penelitian ini. Teori yang dikaji adalah teori tata ruang dan bentuk arsitektur Jawa, ditinjau dari aspek orientasi, zonasi dan ruang-ruang, bentuk bangunan tradisional, elemen pembentuk ruang konsep kepala-badan-kaki, struktur dan konstruksi, serta ornamen, hingga diperoleh rangkuman sebagai alat analisis. Pada Bab 3, dipaparkan data-data terkait dengan objek penelitian yaitu Plataran Dharmawangsa berkaitan dengan teori arsitektur Jawa yang telah dipelajari pada bab 2, dimulai dari aspek orientasi, zonasi, ruang, massa, elemen pembentuk ruang, struktur, dan ornamen yang ada lewat foto-foto dan deskripsi. Pemaparan ini berfokus pada Ruang Sedap Malam, Ruang Kenanga, Ruang Melati, Ruang Kantil, dan Surau. Pada Bab 4, tata ruang dan bentuk arsitektur Jawa pada objek dianalisis dari keenam aspek, menggunakan alat analisis di bab 2. Hasilnya ditentukan dengan parameter sesuai’, penyesuaian’, atau tidak sesuai’, dan kemudian dirangkum. Pada Bab 5, disimpulkan bahwa dapat ditemukan tata ruang dan bentuk arsitektur Jawa pada restoran Plataran Dharmawangsa di Jakarta dengan adanya penyesuaian pada tiga aspek. Dari segi ruang, aspek orientasi dan zonasi ruang telah mengalami pergeseran akibat faktor geografis dan penyesuaian fungsi. Dari segi bentuk, penyesuaian terdapat pada aspek elemen pembentuk ruang, khususnya variabel pelingkup yang kini dikombinasikan dengan material dinding yang lebih transparan. Hal ini mendukung keharmonisan dengan alam dan menyatukan keragaman fasad pada Plataran Dharmawangsa. Tata ruang dan bentuk arsitektur Jawa ini kini menjadi karakteristik dan nilai tambah bagi restoran Plataran Dharmawangsa, dengan aktivitas restoran yang tetap dapat terwadahi dengan baik. Kata Kunci tata ruang, bentuk, arsitektur Jawa, restoran, Plataran Dharmawangsa, JakartaResearchGate has not been able to resolve any references for this publication.
MenurutHasbullah (2003), lingkungan pendidikan mencakup: 1. Tempat (lingkungan fisik ), keadaan iklim, keadaan tanah, keadaan alam. 2. Kebudayaan (lingkungan budaya ) dengan warisan budaya tertentu seperti bahasa seni ekonomi, ilmu pengetahuan, pedagang hidup dan pedagang keagamaan; dan. 3.
Lukisan Abstrak, image pixabay Karya seni yang berasal dari kebudayaan telah ada sejak zaman prasejarah. Hal tersebut telah di buktikan dengan di temukannya guratan - guratan yang terdapat pada dinding gua - gua yang menggunakan warna sosok manusia purba pada masa lalu. Satu hal yang menjadi pembeda antara karya seni manusia purba di masa lalu dengan manusia modern sekarang ini adalah pada tujuan penciptaannya. Manusia purba di masa lalu membuat sebuah karya seni sebagai penanda dari sebuah kebudayaan pada masanya, sementara manusia modern seperti sekarang ini lebih untuk kepuasan pribadinya dan menggambarkan kondisi lingkungan di sekitarnya. Dalam perkembangannya, sebuah seni telah mengalami banyak pergeseran. Dengan kata lain fungsi seni sebagai sebuah media ekspresi. Maka karena sifatnya yang bebas, sebuah seni akhirnya menjadi individualistis. Latar Belakang Lahirnya Kesenian Beberapa hal yang menjadi latar belakang dari lahirnya sebuah kesenian antara lain sebagai berikut 1. Warisan Budaya Warisan budaya mampu membentuk watak serta karakter seseorang berdasarkan kepada hubungan manusia itu dengan lingkungan di sekitarnya. 2. Kekuatan Sejarah Merupakan sebuah kejadian - kejadian dan gejala - gejala sosial yang sedang berlangsung yang mempengaruhi seorang seniman. 3. Pengaruh Budaya Asing Budaya yang berasal dari luar negeri yang membawa pengetahuan baru tentang karya seni sehingga membuat persatuan dan proses asimilasi dari karya seni itu sendiri. Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Seni Budaya Di Indonesia 1. Warisan Budaya Warisan budaya bangsa Indonesia yang terdiri dari berbagai macam suku dan bahasa sehingga membentuk sebuah watak dan karakter seniman bangsa Indonesia yang sangat beragam. 2. Kekuatan Sejarah Banyaknya kerajaan - kerajaan di Indonesia pada masa lampau juga telah mendorong berkembangnya seni dan budaya di Indonesia. Kerajaan - kerajaan tersebut pada masa kejayaannya tentu mempunyai kebudayaannya masing - masing. 3. Pengaruh Budaya Asing Asimilasi kebudayaan di antara sesama suku yang ada di Indonesia, serta kebudayaan asing seperti kebudayaan Hindu dan Budha, Kebudayaan Islam, Kebudayaan Tionghoa, kebudayaan barat telah membantu perkembangan seni budaya di Indonesia. Contoh nyata dari proses asimilasi antar budaya di Indonesia adalah pada budaya dan kesenian wayang kulit di Jawa Tengah. Wayang Kulit yang kita kenal sekarang ini pada mulanya merupakan budaya masyarakat yang beragama Hindu. Namun kemudian ketika ktika agama Islam mulai masuk Ke Indonesia maka kemudian kebudayaan islam mempengaruhi kesenian wayang kulit tersebut. Hal tersebut terjadi ketika penyebar agama Islam di tanah Jawa yang di kenal dengan nama Walisongo, menjadikan wayang kulit sebagai salah satu media dakwah dengan merubah beberapa alur cerita maupun tokoh - tokohnya sesuai dengan nilai - nilai agama Islam. Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Seni Dan Budaya 1. Faktor Internal Faktor internal adalah kreativitas manusia yang tumbuh dari dalam dirinya sendiri yang kemudian melahirkan ide - ide dan gagsan baru yang original dan unik. 2. Faktor Eksternal Faktor Eksternal adalah faktor lingkungan hidup yang meliputi lingkungaan alam dan lingkungan sosial budaya. Tantangan alam yang teralampau kuat , misalnya di daerah gurun pasir, atau daerah yang sangt dingin seperti di daerah kutub utara, menjadikan manusia tidak tertarik dan terangsang untuk membuat sebuah karya seni. Demikianlah artikel tentang Perkembangan Seni Dan Budaya Di Indonesia, semoga artikel ini bisa menambah wawasan dan pengetahuan Anda.
Unsurkebudayaan terdiri atas : 1. System regili dan upacaru keagamaan merupakan produk manusia sebagai homoriligius. manusia yang mempunyai kecerdasan ,pikiran ,dan perasaan luhur ,tangapan bahwa kekuatan lain mahabesar yang dapat "menghitam-putikan" kehidupannya. 2.
1 Pengertian Budaya Nusantara Budaya secara harfiah berasal dari Bahasa Latin yaitu Clore yang memiliki arti mengerjakan tanah,mengolah,memelihara ladang (menurut Soerjanto Poespowardojo 1993).Selain itu Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah , yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal)diartikan sebagaihal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal Tidakhanya faktor intern namun ada juga faktor eksternal yang mempengaruhi pudarnya pemahaman Wawasan Nusantara diantaranya pengaruh Globalisasi, pada era globalisasi ini hubungan antar Negara tidak lagi menjadi hambatan dalam melakukan hubungan dengan Negara-negara lainnya, oleh karena itu banyak dampak negatif dari bidang budaya. Yang kedua yaitu pengaruh dari kontraksi politik Internasional, dimana Negara-negara superpower berusaha mencari pengaruh dari Negara-negara berkembang untuk
Abstract ABSTRAK Iklim merupakan faktor alam yang sangat penting bagi eksistensi arsitektur bangunan di seluruh permukaan bumi ini. Karena iklim memiliki banyak unsur di dalamnya yang sangat
Selainitu, interaksi antara masyarakat dengan wisatawan memunculkan ide, nilai dan motivasi baru untuk kemajuan sosial dan ekonomi. Pariwisata dapat merevitalisasi kehidupan budaya masyarakat, karena seni dan tradisi merupakan daya tarik bagi wisatawan mancanegara (Mason 2003: 43) Adapun empat sikap masyarakat lokal terhadap pariwisata: 6OB0.
  • ahtcup3o4u.pages.dev/145
  • ahtcup3o4u.pages.dev/184
  • ahtcup3o4u.pages.dev/318
  • ahtcup3o4u.pages.dev/313
  • ahtcup3o4u.pages.dev/844
  • ahtcup3o4u.pages.dev/404
  • ahtcup3o4u.pages.dev/125
  • ahtcup3o4u.pages.dev/113
  • jelaskan pengaruh faktor lingkungan alam bagi perkembangan seni budaya nusantara